Datang Tak Di Undang, Pulang 'Gak Bilang - Bilang

Malam itu cuaca di Depok lagi sedikit mendung, hujan kayaknya lagi bimgung mau turun ke bumi apa tetap enjoy di langit. Di salah satu sudut kota Depok tepatnya di Pasar Segar Depok lagi rame banyak orang berkumpul. Seakan ada sebuah kejadian yang lagi seru lagi di liatin. Mereka yang berkumpul adalah anak-anak skena musik underground Depok. Kebetulan hari itu lagi ada acara CROOZ Roadshow 2015.

CROOZ apaan sih? Merk sendal yang logonya buaya? Oh bukan, itu namanya Crocks, terus apaan tuh CROOZ? Pasti beberapa dari lo banyak yang tau brand fashion indie ternama yang bernama CROOZ ini, atau yang belum tau bisa langsung kepoin aja di google. Kali ini CROOZ bikin roadshow band lagi yang bertema “Fantastic Four”, yaitu roadshow band generasi ke-3 dari CROOZ. Mereka adalah Angrykids, Sunrise, Fajar Ibel dan Close Me Closet.

“Gila rame bener!! Ada berapa orang nih?!!”

Itu kalimat pertama yang gue ucapin pas gue sampai disana, kebetulan gue adalah salah satu manager band yang dimana band gue bernaung di bawah bendera CROOZ. Selain band gue, banyak band-band yang besar sebelumnya yang pernah bernaung di bawah bendera CROOZ, beberapa diantaranya Thirteen, Killing Me Inside, Vierratale, Sweet As Revenge sampai Pee Wee Gaskins dan The Upstairs.

“Kira-kira 150 – 200an orang lym, gila ya buat acara roadshow band yang konsepnya gigs, jumlah segini udah hitungan banyak banget yang dateng!” ucap Satria, salah satu kru reporter dari HAI Magazine yang meliput jalannya acara.

Gue sama band gue – Angrykids – emang dateng rada telat, karena kami ada manggung juga di Tangerang, baru lanjut ke Depok. Keadaan disana crowded banget, para komunitas skena musik Depok dan penonton berbaur memenuhi dalam venue hingga luar venue acara.

Baru beberapa jam gue seneng karena yang dateng rame, tiba-tiba mata gue melirik ke arah pintu masuk Pasar Segar, tepat saat gue lagi ngobrol sama personil Sunrise yang baru kelar manggung.

“Itu siapa yang ngundang?! Gila ngapain mereka kesini?! Pake bawa personil lengkap?!” tanya gue.

“Mereka lagi kebetulan disini kali, abis operasi razia, kan dari kemarin di Depok lagi “dibersihin” soalnya” ucap salah satu personil Sunrise.

Selang beberapa menit percakapan gue sama personil band Sunrise, tiba-tiba sekumpulan orang ini menyerbu venue acara.

Mereka adalah........

“Demi keamanan bersama, semua yang ada disini harap menghentikan kegiatannya!! Kami ada sidak dadakan malam ini!!”

Sebuah suara lantang dari pengeras suara yang berasal dari salah satu personil kepolisian terdengar. Kira-kira pukul 21.10 malam, diantara gerimis yang mulai turun, nggak pake lama, mereka langsung menyerbu venue dan meng-cut jalannya acara. Para penonton dan komunitas indie Depok terpaksa cabut ninggalin venue acara karena di paksa cabut sama aparat kepolisian. Kalimat “All Cops As Bastard” pun keluar dari beberapa mulut mereka.

Usut punya usut ternyata ada permasalahan di masalah perizinan acara, kecewa? Sangat kecewa. Gue sebagai Project Organizer acara sangat kecewa banget, karena tindakan aparat yang tanpa koordinasi dan sosialisasi ke panitia acara lokal, padahal beberapa hari sebelumnya gue udah memastikan kalo semua prosedur udah beres dan nggak ada lagi yang kurang, tapi ternyata masih kecolongan juga. Padahal semenjak venue acara di Depok itu ada, baru kali ini polisi menyerbu, dan semua moment sidak operasi tersebut terasa aneh, seakan ada mobilisasi oknum dibelakangnya.

Tepat pukul 3 pagi, gue dan beberapa panitia lokal Depok cabut dari kantor polisi setelah mengklarifikasi semuanya. Beres permasalahan? Ternyata nggak, ada beberapa wartawan tv nasional yang mengsomasi pihak CROOZ dan HAI Magazine perihal artikel online di Hai-online.com mengenai jalannya acara. Mereka nggak terima dibilang wartawan yang pro ke kepolisian, padahal jelas mereka datangnya nebeng di mobil polisi dan balik juga nebeng di mobil polisi, udah keliatan jelas mereka wartawan yang dibayar polisi buat bikin suatu opini publik. Juga anehnya, mereka ngeliput acara di sana nggak memakai pakaian dinas layaknya kru sebuah stasiun tv, tapi mereka mengatas namakan diri sebagai salah satu karyawan tv nasional tersebut.

Maka gue sebut aja kalo mereka adalah oknum wartawan yang mencari duit diluar jam kerja.

Demi kebaikan semua pihak, baik komunitas underground Depok, panitia lokal Depok, CROOZ dan HAI magazine, akhirnya gue dan HAI Magazine yang diwakili oleh Satria sepakat untuk bikin artikel tentang klarifikasi acara di Depok yang terbit edisi minggu ini – 18 Mei 2015 –.

Gue sih merasa ganjil aja, masa untuk sidak acara musik komunitas yang mayoritas pengunjungnya anak sekolahan harus dengan 80 – 90 personil kepolisian lengkap dengan kapolresnya? Disana pun tidak ditemukan adanya narkoba, miras hingga kekerasan/keributan.

Kami cuma mau bersenang-senang, berkarya dan saling silaturahmi. Kami bukan penonton dangdut kampung yang rusuh cuma gara-gara kesenggol saat lagi joged dangdut, dan yang pasti kami bukan segerombolan teroris atau pengedar narkoba kelas kakap, pak!! Kami cuma sekumpulan kecil komunitas pecinta musik underground yang ingin bersenang-senang!!