Jakarta, sebuah
kota metropolitan dengan segudang aktivitas yang terjadi disana. Jakarta selain
identik dengan macet dan banjir juga di kenal dengan cuacanya yang panas
walaupun tidak sepanas di Surabaya tetapi tetap terasa betapa panasnya cuaca di
Jakarta. Akhir – akhir ini cuaca juga sedang labil yang terkadang siang terasa
panas terik tetapi menjelang sore hujan lebat mengguyur Jakarta dengan
derasnya.
Cuaca panas Jakarta
juga di rasakan oleh si gadis cantik berambut panjang yang sedang berjalan dengan
anggunnya, dia mengenakan kaos biru langit dengan jeansnya di padu dengan
wedges yang membuat dirinya bertambah anggun saat di lihat. Dara, begitulah
biasa dia di panggil teman-temannya, seorang gadis cantik yang supel sehingga
tidak jarang jika Dara mempunyai banyak teman dan banyak cowok – cowok yang
bermimpi bisa menjadi kekasihnya.
Dara berjalan
dengan anggunnya menelusuri selasar kampus yang saat itu sedang ramai karena
jam kuliah baru saja berakhir siang itu, terlihat segerombolan gadis – gadis dengan
segala kehebohan fashionnya yang seakan terlihat mereka tidak berniat untuk
kuliah tetapi untuk tebar pesona di
kampus sedang memperhatikan Dara yang berjalan melewatinya.
“Itu cewek apa
cantiknya sih? Kok kayanya cowok-cowok banyak yang ngincer dia.” Ujar Mayang,
salah satu dari 5 cewek dengan make up tebalnya. “Katanya sih namanya Dara, tau
gue juga bingung deh malah kayanya mendingan kita dari pada dia.” Keluh salah
seorang lagi. Dara yang sadar jika dirinya sedang di perhatikan oleh banyak mata
di selasar kampus tetap berjalan cuek menuju mobilnya dan segera pulang ke
rumah untuk beristirahat.
Sesaat menuju ke
arah mobil tiba-tiba dia di kejutkan oleh suara yang tiba-tiba menyapa dirinya
dari samping, “Mau pulang Dar? Masih siang kali ntar aja pulangnya”, “Ohh elu
Ton, iya gue mau pulang nih abis capek badan gue, kurang tidur juga nih”, “ Emm
gimana kalo gue ajak lo makan siang dulu, pasti lo belum makan kan?” , “Ahh
makasih Ton, gue pulang aja, bye.”
Antony salah satu
dari sekian banyak cowok yang mengincar Dara untuk di jadikan pacarnya, tetapi
mau di modusin kaya apapun tetap aja Dara cuek tidak menanggapinya. Dara lalu menyalakan mesin mobilnya dan pergi
meninggalkan Antony yang bete karena gak berhasil mengajak Dara makan siang dan
dia selalu gak berhasil untuk bisa berduaan dengan Dara karena Dara memang cuek
dengan semua lelaki yang mendekatinya. Dara adalah perempuan normal yang masih
suka lelaki tetapi dia masih trauma dan belum berniat menjalin hubungan baru
akibat kekecewaannya terhadap Lucky, cowok yang sangat dia sayang tetapi telah
menduakan cintanya.
Dengan mobil Honda
Yaris warna putihnya Dara menelusuri jalan Jakarta yang seperti biasa selalu
macet di saat hari kerja, “Kapan Jakarta bakal lancer yah jalananannya? Dari
gue lahir sampai udah kuliah masih aja macet!” keluh Dara. Masuk ke wilayah
Blok M Dara menepikan mobilnya karena ia ingin mengambil uang di ATM, uang
bulanan yang biasa di kirim orang tuanya untuk dia jajan sehari-hari. Selesai
mengambil uang dia pun balik ke mobilnya tetapi baru beberapa meter dia
menjalankan mobilnya tiba-tiba dia di hadang oleh dua dua motor yang di
kendarai oleh dua orang pemuda yang berniat ingin merampoknya.
“BUKA MOBIL LO
CEPET!!!” teriak salah satu dari perampok tersebut ke arah Dara dan perampok
satu lagi sedang berusaha menggedor pintu mobilnya. Keadaan di sekitar lokasi
memang lagi sepi sehingga dapat dengan mudah para perampok itu mengancam Dara.
Belum sempat perampok tersebut mengambil barang berharga di mobilnya datang
seorang pemuda yang mengagalkan aksi perampokan dengan memukul salah satu
perampok dan meneriaki mereka sehingga ada beberapa warga yang datang lalu para
perampok itu pun pergi melarikan diri karena takut di pukuli warga.
“Makasih yah, gue gak tau kalo gak
ada lo mungkin gue udah abis di rampok”, “Iya sama-sama, lain kali lo lebih
hati-hati yah” ujar pemuda itu lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Dara
yang masuh shock dengan kejadian tersebut.
Dara
membiarkan pemuda yang telah menolongnya
tersebut pergi tanpa ia tau siapa namanya, Dara terus memperhatikan pemuda
tersebut mengendarai motornya hingga ia menghilang dari penglihatannya.
“Siapa
yah nama dia????”
Keesokan
hari
“Macet mulu deh ah, tiap hari macet!! Kapan
Jakarta gak macet?!! Malah harus masuk kuliah jam 8 pagi, anjrit!!!!” gerutu
Dara di dalam mobilnya. Kembali Dara bergelut dengan macetnya Jakarta pagi itu,
semua orang terlihat ingin buru-buru untuk sampai ke tempat tujuannya, terlihat
banyak motor yang menyalip mobil dengan sesuka hati mereka tanpa peduli dengan
keselamatan dirinya juga keselamatan orang lain. Jakarta sedang tidak
bersahabat dengan dirinya hari itu dan membuat dirinya frustasi selama di
perjalanan menuju kampus.
“Masih boleh masuk
gak yah? telat 20 menit lagi” , sambil menghela nafas panjang akhirnya Dara
memberanikan membuka pintu kelas untuk masuk kuliah pagi itu. “Permisi bu, boleh
saya masuk??” tanya Dara ke arah dosen, ketika itu semua perhatian penghuni
kelas itu fokus ke Dara sehingga membuat dirinya menjadi salah tingkah. “Kamu
tau jam berapa masuk kelas saya?!!” , “iya tau bu, maaf tadi saya kejebak
macet” , “Saya gak peduli dengan alasanmu, sekarang lebih baik kamu tutup pintu
dan kembali masuk kelas saya minggu depan!” , “ta..ta..tapi bu..” ,
“KELUAAARR!!”.
Bu Maryani, semua
mahasiswa fakultas komunikasi tau kalo dia dosen yang tidak bersahabat dengan
mahasiswa dan Dara terpaksa mengambil kelas dia karena sewaktu pengisian KRS
dia telat untuk memilih kelas sehingga kelas dosen yang bersahabat sudah full
mahasiswanya.
Dengan muka kesel dan
bete Dara akhirnya meninggalkan kelas itu lalu dia pergi ke kantin untuk
sekedar beristirahat akibat kejebak macet di jalan dan menenangkan diri karena
sudah kena ocehan bu Maryani pagi itu.
Sesaat dia sedang
mencari tempat untuk duduk matanya langsung tertuju ke arah pojok kantin, dia
melihat sesosok pemuda yang belum pernah dia lihat di kampus tetapi familiar
wajahnya. Sesosok pemuda dengan rambut ikalnya yang ia biarkan berantakan
tertiup angin itu sedang duduk sibuk mengetik di laptopnya, dengan memakai kaos
polos hitam dan varsity jacket sehingga membuatnya terlihat tampan. “Kaya gue
kenal deh itu cowok, siapa yah??”
ujarnya di dalam hati, tanpa banyak berfikir panjang Dara langsung
menghampirinya.
“Lo yang kemarin
tolongin gue dari perampok itu kan?” selidik Dara yang membuat pemuda itu
mengalihkan pandangannya dari laptop kea rah Dara. “Maaf, lo nanya ke gue?”
jawab pemuda itu santai, “Yaiyalah nanya lo, mata gue aja ngeliatin lo” , “Ohhh
iya, lo yang kemarin mobilnya mau di rampok yah?”, “Iya itu gue, lo kuliah
disini juga? , “Iya, gue kuliah disini”.
Berlanjutlah
obrolan mereka pagi itu, Dara merasa senang karena akhirnya dia ada teman
ngobrol pagi itu sehingga bete nya sedikit hilang. Rendy , begitulah nama
pemuda itu, mahasiwa semester 7 di fakultas yang juga sama dengan Dara yaitu
komunikasi. Semakin terjalin akrab dan seru obrolan mereka pagi itu seperti
teman lama yang sudah lama tidak berjumpa, dari obrolan tersebut di ketahui
bahwa Rendy bisa kuliah di tempat itu karena dia mendapatkan beasiswa sehingga
dia bisa kuliah gratis tetapi dengan syarat IPK dia harus selalu di atas 3.
“Dar,
gue cabut dulu yah soalnya ada kelas nih” , “Ohh yaudah Ren, emmm oiiaaa gue
boleh minta nomer lo?” , “Boleh kok nih 0812820xxxx, nanti smsin nomer lo
yah”, “Oke siap, makasih yah”. Lalu
Rendy meninggalkan Dara pagi itu dan Dara bingung mau kemana karena hari itu
dia cuma ada 1 mata kuliah dan dia gak boleh masuk kelas gara-gara telat masuk
lalu akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke mall sekedar untuk cuci mata hari
itu.
KRIIINGG…KRIINNGG!!!
“Wah, Rendy nih
nelpon, aduh gue kok jadi grogi deh, angkat apa nggak yah?? ahh angkat aja deh”
Dara yang saat itu sedang bersantai di kamarnya terlihat gugup saat ada telepon
dari Rendy, gak seperti biasanya dia merasakan hal seperti itu saat di telepon
cowok malah biasanya dia mengacuhkan setiap telepon dari cowok apalagi yang
baru dikenalnya.
“Halo Dara, lagi
apa?” ujar suara Rendy di ujung telepon, “Emm halo Ren, wah tumben telepon nih
hahaha, gue lagi tiduran aja di kamar” , “Ohh lagi santai yah, ganggu gak
gue?”, “Nggak kok, santai aja lah hehehe..” ujar Dara, lalu merekapun saling
bercerita di telepon sampai gak terasa sudah 3 jam Rendy menelepon Dara malam
itu.
“Weekend
ada acara gak Dar?” tanya Rendy, “Emm kayaknya gak ada deh, emang kenapa?” ,
“Malam minggu jalan yuk ”, “Mau kemana? Boleh aja sih” , “Gimana kalo nonton
aja, ada film baru soalnya dan lo pasti suka” , “Wah boleh juga, yaudah ayo” ,
“Asiiikk, oke besok gue jemput ke rumah lo jam 5 sore yah, oiia smsin alamat
rumahnya ya” , “Beres , nanti gue sms”. Malam pun semakin larut dan Rendy
menyudahi teleponnya ke Dara malam itu, ini sesuatu hal yang aneh buat Dara
karena baru kali ini dia mau di ajak jalan sama cowok. Apa mungkin Dara jatuh
cinta sama Rendy? Sepertinya iya.
“Gimana filmnya?
Seru gak?” , “Seru banget Ren, apalagi tadi pas si Edward Cullennya nikah sama
Bella, itu romantis banget, andai aja gue punya pacar kaya Edward”, Rendy hanya
senyum-senyum melihat wajah Dara yang tampak senang sekali hari itu. “Makasih
ya Dar” , “Makasih buat apa?” , “Makasih udah mau nonton sama aku” , “Sama-sama
Ren, makasih yah udah bikin gue seneng hari ini” jawab Dara dan terlihat wajah
Dara sedikit memerah ketika Rendy senyum manis kepadanya.
Selepas
nonton Rendy mengajak Dara buat mampir ke sebuah coffee shop yang masih
terletak di kawasan Mall tersebut. Sebuah coffee shop yang romantis dengan gaya
vintage dan alunan lagu country sehingga membuat suasana cozy di tempat itu
semakin terasa. Terlihat di pojok ruangan dengan sofa merah besarnya ada
sepasang kekasih sedang ngobrol dengan mesranya sambil tertawa akibat obrolan
seru keduanya, dan disana Rendy mengajak Dara duduk di dekat tembok kaca yang
menghadap langsung ke jalanan Jakarta yang sangat sibuk di malam minggu itu.
“Emmm Dara, lo
nyesel gak gue ajak jalan hari ini?” tanya Rendy penuh harapan, “Nyesel? Hahha
ya enggak lah malah gue seneng banget jalan sama lo” jawab Dara, “Seneng
gimana?” , “Baru kali ini gue jalan lagi sama cowok berdua dan ternyata seru
banget jalan sama lo, ketawa mulu bawaannya hehehe”. Mendengar jawaban Dara
wajah Rendy menjadi senang dan tersirat warna merah di wajah Rendy.
“Dar, emmm gue mau
ngomong sesuatu” , Dara yang sedang sibuk memainkan sedotan di gelasnya lalu
menghentikan aktifitasnya dan menatap Rendy dengan mata bulatnya yang indah itu.
“Iya, ngomong apa Ren?”, “Gue tau kalo kita baru kenal tapi entah kenapa gue
kaya udah kenal lama banget sama lo dan gue nyaman di dekat lo”, “Hahaha, iya
yah kita kaya udah kenal lama banget” sela Dara tapi dia tau kemana maksud arah
tujuan pembicaraan Rendy dan dia tiba-tiba merasa gugup saat itu.
“Gue tau kalo gue
bukan apa-apa di hidup lo, tapi boleh gak gue jadi someone special di hidup lo?
Gue sayang lo Dar, lo mau gak jadi pacar gue?”.
JLEB!!!!
Jantung dan aliran
darah Dara berhenti beberapa detik saat mendengar ucapan Rendy, memang dia
belum mau cari pacar lagi tapi dengan apa yang di lakukan Rendy terhadap
dirinya membuat dia gak bisa bohong kalau dia juga menaruh hati kepada Rendy.
“Lo bercanda ya?”
jawab Dara tanpa bisa menutupi groginya, “Gue serius Dar, gue sayang sama lo,
gue cinta sama lo dan lo mau gak jadi pacar gue?” dengan penuh harapan besar
Rendy kembali berkata ke Dara, “Sebenernya, emmm gue juga nyaman sama lo dan
juga emmm..emmm gue…gue juga cinta sama lo sejak pertama kita bertemu waktu lo
tolongin gue dulu dan gue, gue juga mau jadi pacar lo Ren!”. Rendy senang bukan
main seperti dia memenangkan hadiah uang tunai 20 miliar senangnya tapi kali
ini hadiahnya melebihi 20 miliar bahkan gak ternilai harganya.
“BENER LO MAU JADI
PACAR GUE?!!!” kembali Rendy memastikan, “Iya bener, aku mau jadi pacar kamu,
asalkan…” , “Asalkan apa Dar?” , “Asalkan kamu gak permainin aku dan
selingkuhin aku seperti yang udah-udah”. Mendengar jawaban Dara yang seperti
itu membuat Rendy semakin bersemangat malam itu.
“Iya, aku janji !!
Aku janji gak bakal sia-siain kamu dan
sayang sama kamu tulus” jawab Rendy, “Janji yaa” , “Iya aku janji banget”.
Kemudian Rendy memeluk Dara dengan eratnya seakan gak ada satu orang pun yang
boleh mengambil Dara dari dirinya.
Alunan musik
country berubah jadi folks song romantis di coffee shop itu, beberapa pasang
mata yang mendengar percakapan Rendy dan Dara membri selamat dan senyum
bahagia.
Malam itu akhirnya
Dara melepas status lajangnya dan mulai membuka hati ke Rendy pacar barunya
yang bakal dia sayang selamanya dan malam itu akhirnya mereka resmi menjadi
pasangan baru yang membuat hidup keduanya menjadi berwarna untuk kedepannya.
Langit malam
Jakarta sedang bagus malam itu seakan bumi pun ikut bersuka ria atas
kebahagiaan mereka berdua, kebahagiaan adalah perasaan yang mereka rasakan
malam itu tapi sebenarnya hari itu adalah hari dimana permasalahan baru yang
rumit akan segera terjadi. Sebuah permasalahan yang melibatkan peran hati dan
pikiran, sebuah permasalahan yang tidak mereka harapkan.
No comments:
Post a Comment