Pages

Tuesday, May 1, 2012

Kala Senja di Sudut Ibu Kota

      Suatu hari yang senja ini di kota besar yang menjadi Ibu Kota negara yang bernama Jakarta, di kala hujan rintik-rintik kecil ini aku melihat seorang anak kecil yang seharusnya di usia mereka pada jam-jam seperti ini saatnya berkumpul, bercanda dan merasakan hangatnya kasih sayang orang tua di rumah yang nyaman, tetapi yang terlihat adalah pemandangan yang miris.

      Si bocah yang seharusnya merasakan hangatnya kasih sayang orang tua itu saat ini sedang duduk melamun menunggu hujan berhenti sambil sesekali menghitung uang yang sudah kumal karena seharian di simpan di kantong celananya yang sama kumalnya itu. Setelah seharian mencari uang untuk bertahan hidup di kota besar yang sangat kajam ini, sangat miris melihat kehidupan sosial seperti ini. 

     Sekilas aku bertanya di dalam hati, "Apa yang di lakukan kedua orang tuanya sampai mereka tega membiarkan anak sekecil itu mencari uang di lampu merah jalan? apa mereka sudah tidak mengurusi masa depan anak itu? kemana tanggung jawab mereka sebagai orang tua? sungguh berdosa mereka sudah melahirkan anak tetapi anaknya di biarkan hidup di kehidupan yang sangat kejam ini, apalagi di usia mereka yang masih sangat dini sekali."


      Terlihat dia sesekali bercanda dengan polosnya bersama seorang anak kecil yang ada di sebelahnya, mungkin si bocah itu dengan pola pikir yang masih sangat polos masih menganggap pekerjaan itu adalah sarana dia untuk bermain bersama teman-teman seumurannya yang senasib dengannya. Sedikit bersyukur juga aku masih bisa hidup di tengah hangatnya keluarga  yang penuh kasih sayang tetapi  aku sangat iba juga melihat pemandangan yang kehidupan sosial seperti itu.

     Hujanpun berhenti dan langit di kota besar ini sudah terlihat gelap karena malam telah tiba, dan kehidupan hiruk pikuk kota ini juga terlihat kembali. Lalu lalang kendaraan bermotor dan orang-orang yang seharian bekerja terlihat ingin sekali pulang ke rumah untuk bertemu keluarga dan beristirahat. Tetapi si bocah itu tetap di posisi yang sama seperti tadi, duduk di bawah kolong jembatan sambil sesekali mengelap wajahnya yang kotor terkena asap dan debu jalan. Seakan-akan dia tidak perduli dengan kesibukan yang ada di sekelilingnya.

      Aku terus memperhatikan si bocah itu sambil sesekali ku minum sebotol minuman dingin dari warung kecil yang tidak jauh dari posisi dia duduk, sekarang si bocah itu sudah berdiri dengan gitar kecil andalannya untuk kembali mencari rezeki dari sisa-sisa uang yang ada di para pengendara kendaraan bermotor disana. Aku berdoa dan berharap di dalam hati agar si bocah itu bisa di perhatikan kehidupannya sama pemerintah negara ini yang hobinya selalu mengumbar-umbar janji tanpa ada fakta yang terealisasikan dan semoga orang tuanya juga kembali memperhatikan masa depan si bocah itu agar menjadi anak yang bisa membahagiakan orang tua dan bangsa juga negara ini.

     Setelah ku habiskan minuman dingin yang aku beli, aku melanjutkan perjalananku untuk pulang ke rumah dan kembali menelusuri kemacetan jalan ibu kota di suatu negara yang katanya sudah merdeka ini.


1 comment:

  1. It’s great to come across a blog every once in a while that isn’t the same out of date rehashed material. Fantastic read. | eksim | eksim | kanker | kutil kelamin | kutil kemaluan

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...