Langit
kembali sendu dan rintik hujan pun kembali turun bersama udara dingin yang
berhembus, merambat pelan membelai kulit gue yang lagi asik duduk menatap hujan
dari balik jendela.
“Ya Allah, kasian banget itu yang
pada kebanjiran!”
Ujar
nyokap gue lantang, membuyarkan lamunan gue yang lagi mikirin si “separuh hati”
yang – telah – pergi lagi ngapain disana. Terkadang hujan emang selalu berhasil
bikin rasa rindu yang udah di kubur dalam – dalam tumbuh kembali.
Memulai
tahun 2014 sudah hampir satu bulan hujan
terus mengguyur Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia, efeknya adalah banjir
dimana – mana bahkan sampai ada gempa bumi dan tanah longsor. Hampir di seluruh
media baik itu media cetak atau elektronik memasang headline beritanya
“INDONESIA
SIAGA BENCANA” .
“Yah namanya juga bencana mam, emm tapi
kasian juga ya ngeliat para korban bencana alam di tv”
Timpal
gue menanggapi omongan nyokap yang masih terdiam terpaku menatap layar tv.
Pandangannya fokus banget sama tv, lama – lama pandangannya menjadi kosong lalu
mulutnya mulai menganga. Dia menoleh ke arah gue sambil melotot, gue bales melototin dia, lalu
nyokap mulai teriak ke arah gue
“SIAPA KAMU?! BERANI – BERANINYA
MELOTOTIN SAYA!!! BUNUH!! SAYA BUNUH KALIAN SEMUA!!!”
“Mam.. mam.. mama ken.. kena.. ARRRGHH!!!
NYOKAP GUE KESURUPAN!!!”
Gue
pun panik, seisi rumah juga panik, Jokowi ikutan panik dan Farhat Abbas pun
masih sibuk berantem di twitter sama Ahmad Dhani.
“SAYA MINTA KOPI!!! ATAU SAYA BUNUH
KALIAN SEMUA!!”
“Emm anu mbah, kopinya mau kopi item
apa cappuccino latte?”
Setannya
pun bingung gue tawarin cappuccino latte, mungkin di dunia persetanan nggak ada
coffee shop kayanya, cuma ada warung kopi yang sediain kopi item sama gorengan
doang.
Bentar
deh…
INI
TULISAN KENAPA JADI CERITAIN KESURUPAN??!!!
Oke,
oke hufh…
Jadi
Indonesia lagi siaga bencana, seperti itulah keadaan yang terjadi saat ini.
Cuaca yang mulai nggak sesuai jadwal dan tempatnya ini menjadi sebuah fenomena
menarik. Seperti yang kita rasain, musim hujan dan musim kemarau nggak sesuai
jadwal datangnya bahkan salju aja sekarang turun di Mesir sama Vietnam yang
notabene nggak mungkin salju bakal turun disana jika melihat letak
geografisnya, tapi nyatanya begitulah yang terjadi.
Ngomongin
banjir di Jakarta, hampir sebulan Jakarta tenggelam. Gue sempet mikir, jika
dulu kota Atlantis itu ada di Indonesia apa mungkin sekarang Jakarta lagi
berevolusi menjadi Atlantis? atau paling nggak Jakarta lagi berevolusi jadi
kota perairan seperti kota Venesia di Italia?
Secara
spesifik geografis, letak alam Indonesia memang berada di daerah rawan bencana
alam, karena Indonesia berdiri di atas pertemuan lempeng – lempeng tektonik
(Indo-Australia, Eurosia dan Pasifik) yang bisa mengakibatkan gempa bumi, selain
itu juga ada 140 gunung api aktif yang tersebar di seluruh Indonesia dan iklim
tropis yang menyebabkan tanah tidak stabil juga curah hujan yang tinggi
sehingga bisa menghasilkan longsor.
Sebenernya
bencana alam bisa berkurang jika warga Indonesia bisa mencintai alam, merawatnya
dengan baik, bukan malah menghancurkan alam demi ke-egois-an dan ke-untung-an
pribadi atau golongan.
Dan
khusus banjir di Jakarta, sebenernya banjir itu bisa sedikit berkurang jika
kita mulai membuang sampah pada tempatnya, nggak ada pemukiman liar di sekitar
bantaran kali dan ruang terbuka hijau yang banyak sehingga penyerapan air pun
menjadi baik.
Pemerintah
nggak bakal bisa selesain masalah banjir kalo warganya sendiri nggak mau bantu
menyelesaikannya, malah yang ada warga kebanyakan menyalahkan pemerintah.
Di
saat banjir melanda Jakarta, nggak semua warga mengeluh karena bencana banjir,
ternyata ada juga yang mensyukuri adanya banjir dan hujan yang turun terus
menerus di awal bulan ini.
“Hujan dan banjir itu berkah loh,
menurut kepercayaan Tionghoa jika hujan turun sebelum dan menuju imlek maka
rezeki bakal dateng selama 1 tahun, nah itu baru hujan gimana kalo banjir, wah
bisa melimpah rezekinya”
Ujar
salah satu tetangga gue sambil beresin rumahnya yang abis kebanjiran, gue sih
sebenernya mau kesel ke dia, gimana nggak kesel kalo banjir sering bikin
komplek gue tenggelam tapi dia tetap mikir positif begitu. Cuma kalo menurut
kepercayaan leluhurnya begitu dan dia bahagia, yaudah gue bisa apa. Ya emang
sih buat warga Tionghoa, hujan itu membawa rezeki.
TAPI
NGGAK USAH PAKE KEBANJIRAN JUGA KALI!! KAN REPOT JADINYA!!
Setelah
merenung beberapa lama sambil mencari kitab suci ke barat, akhirnya gue pun mulai
positif thinking sama ucapan tetangga gue itu. Semoga aja banjir kali ini dapat
membawa rezeki besar di tahun 2014 dan memberi hikmah buat kita semua khususnya
buat warga Jakarta.
Hikmahnya
adalah semoga warga yang tinggal di bantaran kali mau pindah dan semua warga
mau membuang sampah pada tempatnya, seenggaknya Jakarta bisa sedikit mengurangi
resiko kebanjiran, kan capek kalo kebanjiran terus setiap tahun dan yang paling
penting, semoga rakyat Indonesia yang terkena musibah bencana alam tetap tabah
dan Indonesia bisa aman tentram tanpa ada bencana alam yang merenggut korban
jiwa lagi.
Berhubung
sekarang lagi tahun baru imlek, gue sekalian mau ucapin
“SELAMAT
TAHUN BARU IMLEK BUAT KALIAN YANG MERAYAKAN… DA JI DA LI, WAN SHI RU YI !!”
Alam kalau diibaratkan itu kaya cewek, ga bisa ngomong langsung, cuma bisanya lewat isyarat. Isyarat alam biar manusia ga ngerusak ekosistem, khususnya daerah aliran sungai ya dengan ngasih banjir.
ReplyDeleteTapi sayangnya, manusia itu makhluk bodoh dan pelupa, pas banjirnya udahan, ya betah-betah aja tinggal di bantaran kali juga.
yap, bener!
Deleteyang terpenting sih kalo menurut saya dimulai dari diri sendiri aja, seperti dalam artikel ini mulailah membuang sampah pada tempatnya..
ReplyDelete