A wan gelap dan butiran air hujan
yang jatuh dari langit mewarnai kisah malam ini, udara dingin menusuk tulang
pun semakin menambah sepinya malam. Terlihat di sekeliling daun-daun dan
ranting yang basah terkena air hujan dan aspal yang tergenang air membuat
jalanan menjadi licin, tak jarang pula terlihat beberapa orang berlalu lalang
menggunakan payung dan jas hujan di malam ini. Inilah musim hujan yang telat
datang di bumi Indonesia, musim yang membuat orang-orang menjadi males keluar
rumah dan banyak yang memilih berdiam di rumah karena hujan suka turun mendadak
tanpa memberitahu terlebih dahulu.
Begitupun dengan Saka, dia pun
males keluar rumah ketika langit sudah terlihat mendung atau ketika matahari
mulai condong ke barat karena itulah saat dimana hujan akan turun. Menikmati
hujan di rumah menjadi kebiasaan dia akhir-akhir ini karena di setiap rintik
hujan yang turun membuat dia mengingat masa lalu bersama Sinta, mantan
kekasihnya yang membuat dia belum bisa move
on sampai sekarang. Entah apa yang spesial dari Sinta sehingga membuat Saka
susah untuk lupain dia.
”Kamu kenapa sih nak, mama selalu
liat kamu bengong gak jelas terus deh?” sekilas pertanyaan ibunya membuyarkan
lamunannya. “Emm.. ohh gak apa-apa mam, Saka lagi seneng aja liat hujan sore
ini” sahutnya sekenanya. Lamunannya akan sosok Sinta yang selalu menghantui
pikirannya berbulan-bulan hingga dia belum berminat mencari pengganti sosok Sinta
yang begitu melekat di pikirannya walaupun dia tau kalo Sinta sekarang sudah
memiliki kekasih baru tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk menuggu Sinta
sampai dia kembali ke pelukan Saka lagi.
*************
“Ini udah bulan keberapa yah gue
jomblo?, rasanya udah lama banget deh”, ucap Saka dalam hati. Setelah putusnya
hubungannya dengan Sinta 5 bulan lalu sampai saat ini dia belum juga mempunyai
pengganti Sinta walaupun Sinta sudah beberapa kali gonta ganti pasangan pasca
berakhirnya hubungannya dengan Saka.
Malam
minggu buat seorang jomblowan seperti Saka menjadi satnite yang bikin iri,
ketika para teman-temannya menghabiskan waktu berdua dengan pacar mereka bahkan
kalau pun nongkrong bareng temen-temen lainnya mereka juga pasti bawa pasangan,
beda dengan Saka yang selalu datang seorang diri.
“Lo gak ada niat cari pengganti
Sinta brad?” Tanya Doni sahabat setianya Saka, “belum kepikiran gue Don buat
cari yang baru, gue juga bingung kenapa gue mikirin Sinta mulu yah padahal dia
mungkin gak mikirin gue”, “Yaudahlah coba buka hati cari yang baru, gak kesiksa
apa lo kaya begini terus?”, “Hemmm, lumayan sih yaahh semoga aja gue bisa Don”.
***********
Hujan kembali mengguyur Jakarta
malam itu, gak terlalu besar hanya gerimis kecil tapi awet yang terpaksa
membuat sebagian pengendara motor berteduh agar tidak kehujanan. Saka dan Doni
masih betah lama-lama di café langganannya, sebuah café yang cozy terletak di
selatan Jakarta dan ownernya masih temen mereka berdua.
“Jadi ceritanya lo masih ngarepin
Sinta nih Sak?” sahut Fika sang owner café tersebut, “Iya Fik, hemm.. gue juga
bingung kenapa gue masih nunggu dia, bodoh banget gue kayanya” keluh Saka, “Itu
berarti emang lo sayang banget sama dia bro, yah semoga aja dia juga masih ada
rasa ke lo sama kaya lo ke dia”, “Iya semoga aja begitu”.
***********
Segelas Cappucinno hangat masih
menemani Saka di café itu entah sudah berapa jam dia duduk di situ. Sebuah café
berkonsep teenage dengan design interior yang minimalis namun berartistik dan
pelayanan yang ramah juga harga murah yang membuat café tersebut menjadi idola
para remaja Jakarta untuk sekedar nongkrong bareng temen – temen atau pacaran
di sana.
Masih di tempat yang sama seperti
beberapa jam yang lalu, di sebuah sofa merah di sisi pojok café dengan jendela
besar yang langsung menghadap jalanan kemang yang masih gerimis, di situlah
Saka masih betah duduk dan larut dengan lamunannya.
“Ekhhm .. Sak, gue cabut duluan
yah soalnya gue masih ada urusan lagi nih”, “Owhhh, emm oke deh Don, hati-hati
di jalan yah”. Lalu Doni pun pergi meninggalkan Saka dan mengendarai mobilnya
menembus gerimisnya jalan Jakarta.
Dalam
gerimis tersebut Saka mulai larut lagi dari dalam lamunannya tentang Sinta dan
pikirannya mulai flashback ke masa lalu, masa dimana dia bertemu Sinta di
sekolah. Dia ingat betul awal mula bertemu Sinta di lorong sekolah lalu ada
insiden kecil antar keduanya tetapi dari situlah benih-benih cinta itu muncul antar
keduanya.
“Nih cappucinno lo Sak” kembali
lamunannya buyar ketika Fika menyodorkan pesanannya, “ahh lo buyarin lamunan
gue aja deh!” protes Saka, “yaah lo juga sik ngelamun mulu, udah deh nih ya gue
saranin, dari pada lo begini mulu kan nyiksa diri lo juga, mending coba lo cari
pengganti Sinta deh, masih banyak cewek-cewek cantik dan baik hati di luar
sana” Fika mencoba mencari solusi untuknya.
“Iya gue paham, gue juga mau coba membuka hati
tapi gimana yah gue jadi gak ada hasrat buat pacaran Fik, gue juga bingung kenapa”
keluhnya, “Buset, jangan-jangan lo sekarang jadi homo lagi?” canda Fika, “Buseett!!! Gak
segitunya juga kali, gue masih normal woy cuma butuh waktu aja buat buka hati”,
“Mau sampe kapan? Sampe lo jadi jomblo abadi? Pikirin lagi deh kata-kata gue daripada
lo kaya begini mulu kaya ayam belom makan”.
“Semoga aja secepetnya deh Fik”.
***********
Jam menunjukan pukul 23.00,
tetapi pengunjung café masih tetap ramai bahkan lebih ramai dari tadi pertama
Saka dan Doni datang. Kehidupan malam Jakarta di kala weekend memang selalu
hidup bahkan sampai pagi menjelang dan ternyata sudah hampir 7 jam Saka duduk
di situ dan sibuk dengan lamunannya yang menjadi pekerjaan selingan dia
beberapa bulan ini.
Tampak dari jendela café hujan
sudah berhenti dan jalanan mulai licin tergenang air, lantunan music folks dan
indie pop yang selang – seling di putar masih berkumandang keras di dalam café
tersebut membuat suasana cozy di safe itu menjadi semakin cozy dan membuat para
konsumen enggan buat pergi dari café itu.
“Fik gue cabut yah, udah malem
nih” seru Saka ke Fika, “Yakin lo mau cabut? Tumben bener jam segini udah
cabut?”, “Iya, mendadak lemes badan gue, mau istirahat dulu nih”.
“Yaudah hati-hati di jalan, itu
cappucinno gratis deh buat lo sebagai penghibur dari gue dan inget omongan gue
tadi, lo harus buka diri dan coba mencari pengganti Sinta biar lo ga kaya
begini terus yah!”.
“Wahh serius nih? Tau aja gue lagi bokek
hehehe, thanks banget yah traktirannya. Iya siap gue bakal berusaha kok!”, lalu
Saka pergi keluar café dan menuju
parkiran.
************
Di perjalanan menuju parkiran yang
tergenang air jalannya paska hujan tadi membuat Saka harus hati – hati
melangkah. Tiba di pojokan parkiran café Saka melihat seseorang sedang berdiri
seperti sedang menunggu sesuatu.
Sosok yang sangat dia sangat kenal, sosok cantik dan
manis dengan gaya simple tapi menarik dan rambut panjang sebahu yang menjadi
lamunannya selama ini. Yap, itu adalah Sinta!!. Sinta pun melihat kehadiran
Saka di hadapannya, senyum manisnya melayang tertuju ke arah Saka.
Berkecamuk perasaan di hatinya
ketika melihat Sinta di parkiran dan melemparkan senyum kecil kepadanya, timbul
hasrat menggebu dalam hatinya untuk menyapa Sinta. Tapi, perasaan itu mendadak menjadi
hujan lokal di hati Saka, ketika dia melihat ada sesosok lain yang tiba – tiba
datang disana. Sesosok pria yang dia tidak kenal langsung merangkul pinggang
Sinta dan mengajaknya pergi meninggalkan Saka yang mendadak lemas dan gak
bergairah kembali.
Sinta, gadis cantik impian Saka
pergi begitu saja meninggalkan sejuta perasaan berkecamuk di hatijuga
pikirannya dan menambah derasnya hujan di hati Saka.
No comments:
Post a Comment